Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison
(majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol
pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam
dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus
kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu
dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan
1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan
Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko
Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B.
Jassin.
kali ini , Sapardi Djoko Damono adalah sastrawan yang saya pilih . mungkin banyak yang tidak begitu mengetahui tentang beliau . Kebanyakan mengenal Taufik Ismail .
Sapardi Djoko Darmono
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain:
Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief
Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran
Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.
kali ini , Sapardi Djoko Damono adalah sastrawan yang saya pilih . mungkin banyak yang tidak begitu mengetahui tentang beliau . Kebanyakan mengenal Taufik Ismail .
Sapardi Djoko Darmono
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta,
20 Maret 1940; umur 71 tahun) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia
dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana,
sehingga beberapa di antaranya sangat populer. Masa mudanya
dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri
2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang
dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia
menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas
Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi
dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi
redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan
"Kalam".
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan.
Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima
Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri
Yayasan Lontar.
Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai
seorang putra dan seorang putri.
Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja
menulis puisi, namun juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan
berbagai karya penulis asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel
di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.
Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang
yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya
pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si
Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini
sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah
oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu").
Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya
SDD.
Berikut adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan
puisi), serta beberapa esei.
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan.
Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima
Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri
Yayasan Lontar.
Beberapa Karya sastra dari Sapardi Djoko Damono :
"Duka-Mu Abadi", Bandung (1969)
"Lelaki Tua dan Laut" (1973; terjemahan
karya Ernest Hemingway)
"Mata Pisau" (1974)
"Sepilihan Sajak George Seferis" (1975;
terjemahan karya George Seferis)
"Puisi Klasik Cina" (1976; terjemahan)
"Lirik Klasik Parsi" (1977; terjemahan)
"Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak"
(1982, Pustaka Jaya)
"Perahu Kertas" (1983)
"Sihir Hujan" (1984; mendapat penghargaan
Puisi Putera II di Malaysia)
"Water Color Poems" (1986; translated by
J.H. McGlynn)
"Suddenly the night: the poetry of Sapardi
Djoko Damono" (1988; translated by J.H. McGlynn)
"Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
"Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak
dari Australia" (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F:
Brissenden dan David Broks)
"Hujan Bulan Juni" (1994)
"Black Magic Rain" (translated by Harry G
Aveling)
"Arloji" (1998)
"Ayat-ayat Api" (2000)
"Pengarang Telah Mati" (2001; kumpulan
cerpen)
"Mata Jendela" (2002)
"Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?"
(2002)
"Membunuh Orang Gila" (2003; kumpulan
cerpen)
"Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek
Indonesia periode awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)
"Mantra Orang Jawa" (2005; puitisasi
mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
"Before Dawn: the poetry of Sapardi Djoko
Damono" (2005; translated by J.H. McGlynn)
"Kolam" (2009; kumpulan puisi)
Pada saat SMA , di sekolah saya pernah melakukan musikalisasi puisi . dan puisi dari Beliau lah yang dipilih .Puisi tersebeut berjudul " Aku ingin " maka menurut saya ini adalah puisi yang paling terkenal dari beliau
AKU INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada
contoh dari musikalisanya bisa dilihat di : http://www.youtube.com/watch?v=uOjasOkCoLs
sajak kecil tentang cinta
mencintai angin harus menjadi siut
mencintai air harus menjadi ricik
mencintai gunung harus menjadi terjal
mencintai api harus menjadi jilat
mencintai cakrawala harus menebas jarak
mencintaiMu(mu) harus menjadi aku
Sekian sedikit pengetahuan tentang Sapardi Djoko Darmono .
great
ReplyDeleteIt’s absolutely awesome article, as a beginner, it helped me a lot to understand more. Thank you